Kajian Muslimah -Kamis, 13 Desember 2007
Materi : Dizkrul Maut
Pemateri : Teh Ike
Kali ini saya mau sama-sama belajar ttg mengingat kematian. Bagaimana menyikapi sebuah kematian yang memang pasti akan datang dan bagaimana nasehat ampuh untuk bekal hidup kita. Ada sebuah hadist yg diriwayatkan At Thabrani …: Perbanyaklah mengingat sesuatu yag melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian. Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
1. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”
Pernahkan kita mencoba membisikkan dalam hati kita bahwa … siapa tahu besok/nanti mlm kita meninggal? padahal pekerjaan kita masih banyak yg tertunda dan sengaja ditunda, pekerjaan kewajiabn
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”
2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semuaberawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.
Allahu’alam bisshowab.
Allah memberi kita hati….memberi kita panca indera… memberi iita kehidupan… dimana didalamnya terdapat banyak peristiwa…. dari lahir sampai mati
******
Diskusi
Ike: iya,… ketika ada yg meninggal… mk biasanya menangis adalah respon
Ike: setelah mengucapkan doa
Ike: pd hakekatnya menangisi kematian seseorang…. bkn saja menangisi krn tak akan lagi bertemu dgnya (mayit)
Ike: tetapi… membayangkan… bgm malaikat menyambutnya, bgm keadaan kuburnya…bgm kelanjutan kehidupan selanjutnya….sehingga jika kita berdoa… mk kita tulus mendoakannya dg sgt berharap doa kita dikabul
Ike: Allah mengampuninya, mengasihinya, menerima amalnya, dst
Ike: dan jg membayangkan bgm dg kita nanti?
Ike: apk sama kondisi meninggalnya…husnul khotimah kah?
lita: jadi, apa saja atau apa pun yang dimiliki oleh kita atau siapa saja, sebenarnya tidak berarti apa-apa yah teh…
lita: jadi tidak selayaknya kita bersedih atau iri, benarkah
Ike: benar ukhti erlita
Ocha: tapi kita sering lupa teh
Ocha: jadi sering bersedih untuk hal yg ga perrlu.. jarang mengambil hikmah dari setiap kematian
Ike: sama… kita mmg ditakdirkan bersifat pelupa
Ocha: sering menunda2 pekerjaan .. benar2 ga ingat mati
Ike: mk … nasehat menasehati menjadi hal yg urgent
lita: kalau kita sedang ditimpa musibah dan kesedihan, terus kit amengingat kematian.. itu bukan berarti putus asa khan teh
Ike: mengingat kematian bkn berarti melemahkan semangat untuk hidup
Ike: justru dg mengingat kematian… bgm hidup setelah mati….membuat kita replanning atas hidup kita
Ike: recovery… remanagement… dan re2 yg lain
Ocha: membuat hidup lebih berarti dengan mengumpulkan bekal yg banyak untuk kehidupan selanjutnya
Ike: mr kita renungkan bersama apa cita2 kita
Ike: apa mimpi kita?
Ike: apa keinginan kita? terutama setelah mati
Ike: anak sy sering sy iming-imingi dg syurga…. bgm karakteristik org2 yg berada di surga… mk sedikit demi sedikit dia mulai mau berubah…. dr yg tdk mau berbagi… mjd org yg berbagi dst
Ike: mmg dg bhsnya anak
Ocha: apa anak2 langsung percaya dengan yg “abstrak” gitu teh..?
Ike: khan ada ayatnya… kalo di surga byk mknan… minuman yg enak2
Ike: .salah satu ayatnya ada di 16:31. kalo anak2 mau mknan… ada di syurga
Ike: mdh-mdhan saya dan akhwati semua bisa menyemanagti hidup ini mellaui dzikir maut
Ike: dzikrul maut… dan segala hikmah dibaliknya
Ike: ayo kita bersama isi hidup ini dengan kebaikan… termasuk di 10 hari ertama bulan Dzulhijjah ini
Ike: semoga Akhwati fillah dan keluarga senantiasa Allah beri lindunganNya
Ditulis dalam muhasabah, umum
http://kajianmuslimah.wordpress.com/2007/12/14/dizkrul-maut/
Cetak Halaman