Para pembaca, di bulan yang baik ini, mari kita me refresh kembali pandangan kita dengan melihat pendapat para Ulama’ Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah terhadap peringatan maulid nabi SAW.

Firman Allah ta`ala:

"فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْمَلُوْنَ".

Artinya:

"Maka bertanyalah kepada ahli zikir (orang yang mempunyai ilmu) jika kamu tidak mengetahui"

(Surah al-Nahl: 43 dan Surah al-Anbiya’: 7)


Perintah untuk bertanya kepada ahli zikir yakni ulama’ yang berilmu dan ulama’ Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah yang bertaqwa dan mengamalkan ilmunya, ternyata disuruh oleh Allah ta`ala seperti yang dinyatakan di dalam al-Quran. Ini membuktikan bahwa pendapat para ulama’ sangat penting, sebab mereka adalah pewaris para nabi. Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam bersabda:


"إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ".

Artinya:

"Sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, barangsiapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang sangat banyak"

(Diriwayatkan oleh al-Tirmizi, Abu Daud, Ibn Majah dan Ahmad)

Pembaca yang dikasihi sekalian, para ulama’ yang pendapatnya kami nukilkan di dalam artikel ini adalah ulama’ pilihan yang kesalehannya telah dikenal di seluruh dunia. Mereka adalah orang yang sangat takut kepada Allah. Semoga dengan membaca dan melihat pendapat mereka, hati kita terbuka untuk memahami mengenai peringatan maulid Nabi dengan benar. Amiin Ya Rabb.

PENDAPAT ULAMA’ AL-SALAF AL-SALEH


PENPAPAT AL-IMAM HASAN AL-BASRI[1]


Al-Imam Hasan al-Basri[2] adalah seorang tabi`in yang lahir di kota Madinah pada dua tahun terakhir pemerintahan Khalifah `Umar bin Khattab radiyallahu`anhu suatu ketika dahulu bahkan Khalifah `Umar radiyallahu`anhu mendoakan beliau dengan doanya berikut:

"اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَحَبِّبْهُ إِلَى النَّاسِ".

Artinya:
"Ya Allah jadikan dia sebagai orang yang memiliki kefahaman terhadap agama dan dicintai oleh masyarakat"

Kecerdasan dan kesalehan al-Imam Hasan al-Basri radiyallahu`anhu menarik perhatian para sahabat sehingga mereka pun memberikan tempat terhormat kepada beliau. Sayyiduna Anas bin Malik radiyallahu`anhu berkata:[3]

“Bertanyalah kepada al-Hasan, karena dia masih ingat sedangkan kami telah lupa”.

Demi melaksanakan anjuran sahabat yang selama 10 tahun menjadi pembantu Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam ini, mari kita lihat bagaimana pendapat al-Imam Hasan al-Basri radiyallahu`anhu terhadap peringatan maulid Nabi. Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa al-Imam Hasan al-Basri radiyallahu`anhu mengatakan:[4]

"وَدِدْتُ لَوْ كَانَ لِيْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا لأَنْفَقْتُهُ عَلَى قَرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ".

Artinya:

"Andai kata aku memiliki emas sebesar bukit Uhud, maka akan kudermakan semuanya untuk penyelenggaraan pembacaan maulid Rasul"

Ucapan al-Imam Hasan al-Basri radiyallahu`anhu di atas menunjukkan bahwa para tabi`in menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kelahiran Nabi Muhammad sallallahu`alaihi wasallam. Bagaimana tidak, beliau rela mendermakan seluruh hartanya demi menyelenggarakan pembacaan sejarah kelahiran Nabi sallallahu`alaihi wasallam. Jadi bagimana pula dengan kita?


Sudahkah kita dermakan sebagian harta kita demi memuliakan hari kelahiran Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam? Jika untuk memuliakan dan mengenang hari jadi organisasi, hari jadi perusahaan, hari jadi keluarga, hari jadi anak kita, hari perkawinan, kita rela mengeluarkan jumlah harta yang banyak. Tetapi untuk mengenang kelahiran Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam ada sebagian kita yang merasakan keberatan dan enggan untuk mendermakan sebagian hartanya. Semoga Allah memberi kita taufiq dan hidayah. Amiin ya Rabb.


PENDAPAT AL-SYEIKH MA`RUF AL-KARKHI (W. 200 H)

Al-Syeikh Ma`ruf al-Karkhi rahimaullah adalah seorang ahli sufi terkemuka. Cerita tentang kesalehan beliau sangat banyak dan salah satunya adalah kekuatan prasangka baik beliau kepada sesama Muslim.

Suatu hari ketika beliau sedang berpuasa sunat, al-Syeikh Ma`ruf al-Karkhi rahimahullah berjalan melewati seorang yang membagi-bagikan air secara hebat. Dengan suara lantang lelaki itu berkata:

“Semoga Allah merahmati orang yang mau minum air ini”.

Mendengar ucapannya, al-Syeikh Ma`ruf al-Karkhi rahimahullah berhenti dan meminum air tersebut. Kemudian tanya seorang lelaki kepadanya:

“Bukankah engkau sedang berpuasa?”

Jawab beliau:
“Benar, akan tetapi aku berharap mendapatkan rahmat Allah sebagaimana doa lelaki tersebut”.[5]

Coba anda perhatikan keluasan ilmu al-Syeikh Ma`ruf al-Karkhi rahimaullah, beliau berpuasa sunat tiada lain adalah demi mendapatkan rahmat Allah ta`ala. Ketika mendengar seseorang menjanjikan rahmat Allah dengan seteguk air, maka beliau pun segera meminumnya. Beliau berbaik sangka, percaya dan yakin bahwa Allah akan mengkabulkan doa lelaki tersebut. Ini merupakan sebuah bukti kesucian hati beliau.

Ucapan yang muncul daripada hati manusia yang berjiwa mulia seperti ini tentu tidak sama dengan ucapan seseorang yang belum diuji kesalehannya.

Al-Syeikh Ma`ruf al-Karkhi rahimaullah sangat mengambil berat mengenai majlis maulid Nabi. Salam salah satu nasihatnya, beliau mengatakan:[6]

"مَنْ هِيَّأَ لأَجْلِ قَرَاءَةِ مَوْلِدِ الرَّسُوْلِ طَعَامًا، وَجَمَعَ إِخْوَانًا، وَأَوْقَدَ سِرَاجًا، وَلَبِسَ جَدِيْدًا، وَتَعَطَّرَ وَتَجَمَّلَ، تَعْظِيْمًا لِمَوْلِدِهِ، حَشَرَهُ اللهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفِرْقَةِ الأَوْلَى مِنَ النَّبِيِّيْنَ، وَكَانَ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ".

Artinya:
"Barangsiapa menyediakan makanan, mengumpulkan teman-teman, menyiapkan lampu, memakai pakaian baru, memakai wangian dan menghias dirinya untk membaca dan mengagungkan maulid Rasul, maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkannya bersama para Nabi, orang-orang yang berada di dalam barisan pertama. Dan dia akan ditempatkan di `Illiyyin yang tertinggi"
Saudaraku yang dirahmati sekalian, kenyataan al-Syeikh Ma`ruf al-Karkhi di atas telah disampaikan lebih 1200 tahun yang lalu. Disebabkan itu, sungguh pelik jika dikatakan para ulama’ al-Salaf al-Saleh tidak menyuruh seseorang itu untuk memuliakan dan menyambut maulid nabi sallallahu`alaihi wasallam. Bentuk peringatan mereka mungkin agak berbeda dengan peringatan kita dewasa ini, akan tetapi isinya tetap sama yaitu memuliakan kelahiran Nabi Muhammad sallallahu`alaihi wasallam.


PENDAPAT AL-SYEIKH SIRRI AL-SAQATHI (W. 253 H)

Al-Syeikh Sirri al-Saqathi adalah guru dari al-Syeikh al-Imam al-Junaid al-Baghdadi. Di samping itu, beliau juga merupakan murid Ma`ruf al-Karkhi rahimahullah. Kesalehan dan kegigihan al-Syeikh Sirri al-Saqathi rahimahullah dalam beribadah tidak dinafikan lagi. Al-Syeikh al-Imam al-Junaid rahimaullah berkata:[7]

“Aku tidak melihat seseorang yang lebih hebat ibadahnya daripada Sirri, selama 98 tahun beliau tidak pernah berbaring kecuali pada saat sakit menjelang wafatnya”.

Artinya, al-Syeikh Sirri al-Saqathi rahimahullah senantiasa beribadah kepada Allah ta`ala, siang maupun malam. Jika harus tidur, itupun beliau lakukan dalam keadaan duduk, sehingga wudhu’nya tidak terbatal.

Sebagaimana guru, al-Syeikh Sirri al-Sqathi rahimahullah memiliki perhatian yang sangat besar terhadap peringatan maulid Nabi. Beliau mengatakan:[8]

"مَنْ قَصَدَ مَوْضِعًا يُقْرَأُ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ فَقَدْ قَصَدَ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ لأَنَّهُ مَا قَصَدَ ذَلِكَ الْمَوْضِعَ إِلا لِمَحَبَّةِ الرَّسُوْلِ. وَقَدْ قَالَ عَلَيْهِ السَّلامُ: مَنْ أَحَبَّنِيْ كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنَّةِ".
Artinya:
"Barangsiapa pergi ke sebuah tempat di mana di sana dibacakan maulid Nabi, maka dia telah berada di sebuah syurga, karena tujuannya pergi ke tempat itu tidak lain adalah untuk mengungkapkan rasa cintanya kepada Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam, sedangkan Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam telah bersabda: Barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku di syurga"


Coba kita perhatikan dengan teliti, beliau menyatakan bahwa seseorang yang duduk di tempat pembacaan maulid Nabi demi cintanya kepada Rasulullah sallallahu`alaihi wasallam bererti dia sedang duduk di taman Syurga. Kenyataan al-Syeikh Sirri al-Saqathi di atas diucapkan selepas beliau mendalami al-Quran dan al-Hadith serta mengamalkannya. Sekarang terpulang kepada anda, sama ada mau mengikut pendapat ulama’ yang kami kemukakan atau mau mengikut pandagan golongan-golongan yang yang mengharamkan dan membid`ahkan maulid dan kesalehan mereka juga belum diuji.

PENDAPAT AL-SYEIKH AL-JUNAID AL-BAGHDADI (W. 297 H)

Al-Imam al-Junaid rahimahullah, dikenali sebagai pemimpin para sufi. Semenjak kecil tanda-tanda kesalehan beliau telah tampak pada diri beliau. Beliau tekun belajar dan beribadah hingga dalam usia yang masih sangat muda iaitu 20 tahun, beliau telah mendapat kepercayaan untuk menjadi mufti[9] pada usia yang begitu muda[10].

Setiap hari, al-Imam al-Junaid berniaga di kedainya. Di sana, beliau bukan hanya berniaga bahkan beberapa riwayat mengatakan bahwa setiap kali al-Syeikh al-Junaid memasuki kedainya, maka dia mengerjakan solat sunat sebanyak 400 rakaat[11].

Sebagaimana pendahulunya, al-Imam Junaid al-Bagdhdadi rahimahullah sangat memuliakan maulid Nabi. Beliau mengatakan:

"مَنْ حَضَرَ مَوْلِدَ الرَّسُوْلِ وَعَظَّمَ قَدْرَهُ فَقَدْ فَازَ بِالإِيْمَانِ".

Artinya:
"Barangsiapa menghadiri maulid Rasul dan mengagungkan (memuliakan) kedudukannya, maka dia telah Berjaya dengan keimanan"

Coba anda perhatikan, al-Syeikh al-Junaid al-Baghdadi menjadikan semangat untuk memuliakan maulid nabi sebagai kayu ukur iman.seseorang yang sempurna imannya akan menghadiri, memuliakan dan mengagungkan peringatan maulid nabi Muhammad sallallahu`alaihi wasallam